Memberi Gak Harus Mahal

Screen Shot 2015-11-10 at 10.13.08 PMSabtu lalu (7 Nov’15), aku mengunjungi salah satu wahana permainan outdoor di Jakarta,yaitu Ancol. Tetapi tujuan aku hari itu bukanlah untuk bermain tetapi menunggu teman-temanku yang sedang berada didalam dan hendak menjemputku. Sembari menunggu mereka datang, aku duduk di pintu gerbang barat Ancol. Disana aku melihat seorang bapak yang sudah berusia lanjut tengah menjajakan air mineral untuk dijual. Dia sempat menawariku. Harga air kemasan itu hanya Rp 2.000,- . Tapi jujur, saat akan membeli setumpuk pikiran negative menyergapku. Aku takut air kemasan yang dia jual ga higinies, palsu (karena belakangan banyak pemberitaan air kemasan palsu). Tapi itulah yang ada dalam pikiranku. Belum lagi harganya yang hanya 2rb rupiah (lebih murah daripada harga air kemasan yang biasa aku beli di supermarket ataupun warung).


Tapi rasa ibaku saat melihatnya semakin memuncak saat melihatnya dengan susah payah mengeluarkan satu demi satu air kemasan dalam kantong plastik dengan tangannya yang tak lagi sekuat saat muda.


Sembari melihat dan mengamatinya, seorang lelaki berbadan tegap menghampiri bapak itu. Aku rasa dia sedang menunggu teman atau mungkin kekasihnya keluar dari ancol karena saat itu jam menunjukkan pukul 5.15 sore. Dia membeli satu buah air kemasan itu. Tapi yang menarik perhatianku saat dia membayar air tersebut. Dia membayar dengan beberapa lembar uang dua ribuan (aku ga tahu pasti jumlahnya). Tetapi saat menerima uang itu, bapak tua itu menghitung dan merasa jumlahnya lebih daripada yang seharusnya dan beliau bermaksud mengembalikan lebihnya (sekali lagi aku diperlihatkan bahwa mereka yang hidup pas-pasan saja masih dapat berbuat jujur sedangkan banyak diantara kita yang sudah berkecukupan tetap melakukan praktik korupsi #miris). Tetapi, lelaki itu tidak mau menerimanya dan menyuruh bapak tua itu untuk menyimpan saja kelebihannya.


Hampir menetes rasanya air dari mata ini melihat itu. Akupun memutuskan untuk membeli air yang dijual bapak itu. Bapak itu terlihat senang saat aku membelinya. Jujur, saat itu aku membeli air itu bukan karena aku haus karena sebenarnya aku punya air mineral didalam tasku tapi aku membelinya karena hanya ingin melakukan hal kecil yang dapat kulakukan untuk membantunya. Jika setiap agama mengajarkan untuk saling mengasihi kenapa kita tidak belajar untuk melakukannya.


Jika kasih itu memberi kenapa tidak kita lakukan? Bukankah sebenarnya untuk menunjukkan rasa kasih itu gak harus mahal? Tidak ada keharusan mengadakan acara besar atau kaya dulu untuk dapat memberi bukan?


Sebenarnya dengan melakukan hal kecil, kita dapat mengubah raut wajah lelahnya dengan senyuman. Hanya dengan membeli dagangan mereka itu sudah lebih dari cukup menghapus lelah diwajah mereka yang berubah menjadi senyuman.


Jika kamu merasa ga ada alasan untuk membelinya, ingatlah akan satu alasan ini: “Hargailah usaha mereka demi memenuhi kebutuhan hidup dengan bekerja keras ditengah teriknya matahari dan derasnya hujan bukan menjadi peminta-minta!” Mungkin buat sebagian kita uang 2rb bukanlah sesuatu yang berharga, tapi bagi beliau itu sangat berharga. Bukankah lebih dari dua ribu kita habiskan untuk nongkrong di cafĂ©, makan di mall ataupun tempat restaurant mewah. Tapi bagi beliau uang 2rb itu menjadi sangat berarti untuk menyambung hidup. Aku bersyukur kalau hari itu aku boleh belajar banyak hal dari beliau. Belajar bersyukur, arti perjuangan dan jujur. Terimakasih bapak untuk pelajaran hidup yang ga aku dapat di bangku pendidikan. Dan semoga ini bisa mengingatkan kita semua untuk bersyukur dan terlebih penting untuk selalu peduli dengan yang ada disekita kita.

Komentar